Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Konsep Matematika yang Perlu Diajarkan untuk Anak Usia Dini


Pembelajaran matematika untuk anak usia dini sangat berguna bagi perkembangan kecerdasan logika matematika pada anak. Menurut hasil penelitian Dr. Howard Gardner, seorang profesor pendidikan dari Harvard University (Adiningsih, 2008: 5), mengungkapkan bahwa kecerdasan logika matematika merupakan salah satu dari delapan jenis potensi kecerdasan yang dimiliki anak. Anak usia dini dapat dikelompokan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok prasekolah (0-3 tahun). Kelompok kedua adalah kelompok anak yang sudah mampu mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (3-6 tahun).
Menurut Lestari KW (Konsep Matematika untuk Anak Usia Dini: 2011), berdasarkan pengelompokan anak usia dini di atas, terdapat beberapa konsep matematika yang harus diajarkan kepada anak usia dini. Untuk kelompok anak usia 0-3 tahun perlu dilakukan pengenalan konsep-konsep matematika. Sedangkan untuk kelompok anak usia 3-6 tahun dilakukan pengembangan konsep matematika kepada anak. Berikut ini beberapa konsep matematika yang perlu diajarkan kepada anak usia dini:

1.      Konsep Angka
Angka merupakan hal yang paling dasar pada matematika. Mengajarkan konsep angka pada anak usia dini dilakukan melalui dua tahapan. Pertama, mengenalkan konsep angka kepada anak usia 0-3 tahun. Kedua, mengembangkan konsep angka pada anak usia 3-6 tahun.
Untuk mengenalkan konsep angka pada anak usia dibawah 3 tahun dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a.       Membilang, yaitu menyebutkan bilangan berdasarkan urutan.
b.      Mencocokan setiap angka dengan benda yang sedang dihitung.
c.       Membandingkan antara kelompok benda satu dengan kelompok benda yang lain untuk mengetahui jumlah benda yang lebih banyak, lebih sedikit, atau sama.
Anak-anak mulai dapat mengembangkan pemahamannya tentang konsep angka bila mereka diajak menggunakan angka-angka di dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Misalnya mengajak anak menyanyikan lagu yang memuat angka seperti lagu Satu-satu.
Setelah anak mengenal angka, maka perlu dikembangkan pemahaman anak. Konsep angka dikembangkan melalui 3 tahap:
a.       Menghitung. Tahap awal menghitung pada anak adalah menghitung melalui hapalan atau membilang. Orang tua dapat mengembangkan kemampuan ini melalui kegiatan menyanyi, permainan jari, dan sebagainya yang berhubungan dengan angka.
b.      Hubungan satu-satu. Maksudnya adalah menghubungkan satu dan hanya satu angka dengan benda yang berkaitan. Misalnya memasangkan lambang bilangan 1 dengan gambar 1 ekor monyet.
c.       Menjumlah, membandingkan dan simbol angka. Ketika orang tua meminta anak mengambilkan 3 buah biskuit dan anak membawa 3 buah biskuit. Anak tersebut mengerti tentang konsep jumlah. Anak yang paham urutan angka, akan tahu bahwa jika menghitung 3 biskuit dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri maka jumlahnya akan sama.
Anak yang paham konsep perbandingan akan paham benda yang lebih besar, jumlahnya lebih banyak, lebih sedikit, atau sama.
2.      Konsep Pola dan Hubungan
Pola merupakan susunan benda yang terdiri atas warna, bentuk, jumlah, atau peristiwa. Contoh susunan pola berdasarkan ukuran yaitu besar, kecil. Susunan pola berdasarkan warna yaitu merah, biru, merah, biru. Susunan pola berdasarkan peristiwa sehari-hari yaitu sesudah makan biskuit, saya minum susu.
Untuk mengembangkan kemampuan mengenal pola dan hubungan, anak perlu diberi banyak kesempatan untuk mengenali dan memanipulasi benda serta mencatat persamaan dan perbedaannya. Beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan orang tua untuk mengembangkan pola dan hubungan pada anak diantaranya adalah mengajak anak bermain menyusun antrian mobil-mobilan membentuk pola barisan merah, hitam, merah, hitam, merah, hitam.
Kemampuan anak dalam pola dan hubungan akan bermanfaat dalam penerimaan pelajaran deret dan relasi-fungsi. Pada deret anak dituntut mampu mengembangkan pola urutan. Sedangkan pada relasi-fungsi anak dituntut mampu mengembangkan hubungan.
3.      Konsep Hubungan Geometri dan Ruang
Pengertian yang dimaksud di sini adalah anak mengenal bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segi empat, persegi, lingkaran yang sama dan posisi dirinya dalam suatu ruang. Anak bisa paham tentang pengertian ruang ketika anak sadar akan posisi dirinya jika dihubungkan dengan penataan benda-benda di sekelilingnya. Anak belajar tentang tempat dan posisi, seperti: di atas, di bawah, pada, di dalam, di luar. Selain itu, anak juga belajar tentang pengertian jarak, seperti: dekat, jauh dan sebagainya.
Mengenalkan hubungan geometri dan ruang pada anak bisa dilakukan dengan cara mengajak anak bermain sambil mengamati berbagai benda di sekelilingnya. Anak akan belajar bahwa benda yang satu mempunyai bentuk yang sama dengan benda yang lain. Orang tua yang memiliki anak usia 1-3 tahun dapat menyediakan balok-balok lunak atau kardus-kardus bekas obat dari berbagai ukuran agar anak bisa bereksplorasi dan membangun. Pertama anak belajar mengenal bentuk-bentuk sederhana seperti segitiga, lingkaran, segi empat. Kedua, anak belajar tentang ciri-ciri dari setiap bentuk geometri. Selanjutnya, anak belajar menerapkan pengetahuannya untuk berkreasi membangun dengan bentuk-bentuk geometri.
4.      Konsep Memilih dan Mengelompokan
Memilih dan mengelompokan meliputi kemampuan mengamati dan mencatat persamaan dan perbedaan benda. Anak usia di bawah tiga tahun mengenal persamaan dan perbedaan melalui kelima indera mereka pada saat bereksplorasi dengan benda-benda di sekitarnya. Anak belajar melalui memperhatikan, mendengar, menyentuh, merasakan, mencium bau benda-benda yang dimainkannya, sehingga mengetahui benda-benda yang sama dan yang berbeda.
Menurut Lestari KW (2011: 16-17) beberapa contoh kegiatan yang bisa dilakukan orang tua untuk mengembangkan kemampuan memilih dan mengelompokan pada anak:
a.       Pada bayi 8-12 bulan: Sediakan 2 macam buah-buahan masing-masing jenis 3, misal: apel dan jeruk pada sebuah wadah. Ajaklah anak untuk memilih buah dan meletakan di luar wadah.
b.      Pada anak 12-24 bulan: Sediakan 5 buah balok lunak warna merah. Ajak anak untuk membariskan balok-balok tersebut seperti barisan balok berdasarkan pola warna merah.
c.       Pada anak 24-36 bulan: Sediakan 1 keranjang dan beberapa bola plastik terdiri dari 3 warna, masing-masing warna 4 bola. Ajak anak untuk memasukan semua bola yang berwarna misalnya yang berwarna kuning ke keranjang.
5.      Konsep Pengukuran
Anak belajar pengukuran dari berbagai kegiatan yang membutuhkan kreativitas. Tahap awal anak tidak menggunakan alat, tetapi mengenalkan konsep lebih panjang, lebih pendek, lebih ringan, cepat, dan lebih lambat. Tahap berikutnya, anak diajak menggunakan alat ukur bukan standar, seperti pita, sepatu, dan sebagainya. Pada tahap lebih tinggi, anak diajak menggunakan jam dinding, penggaris, skala, termometer. Contoh kegiatan yang bisa dilakukan orang tua untuk mengembangkan pengukuran pada anak adalah mengajak anak mengukur panjang dan lebar rak mainan menggunakan tali atau pita.
6.      Pengumpulan, Pengaturan dan Tampilan Data
Pada awalnya anak memilih mainan tanpa spesifikasi. Selanjutnya anak memilih mainan dengan spesifik, misalnya berdasarkan warna, ukuran, atau bentuk. Pada tahap yang lebih tinggi anak dapat memilih mainan berdasarkan lebih dari satu variabel, misal berdasarkan warna dan bentuk, atau warna, bentuk dan ukuran.
Membuat grafik merupakan cara anak untuk menampilkan bermacam-macam informasi atau data dalam bentuk yang berlainan. Misalnya anak membuat grafik sederhana tentang mainan kesukaan anak. Pengetahuan anak tentang pengumpulan berhubungan dengan statistika.
Contoh kegiatan yang bisa dilakukan orang tua untuk mengembangkan pengumpulan, pengaturan dan tampilan data pada anak diantaranya mengajak anak mengumpulkan bermacam-macam daun-daunan. Kemudian ajak anak mengelompokan bentuk daun-daunan tersebut. Setelah itu, buatlah daftar tentang jumlah daun untuk setiap bentuknya dengan cara menyusun daun-daunan yang sama menjadi barisan tegak lurus ke atas. Ajak anak mencatat jumlah setiap kelompok daun.

sumber:
Adiningsih, N. U.  2008. Permainan Kreatif Asah Kecerdasan Logis-Matematis. Bandung: Semesta Parenting.
Lestari KW. 2011. Konsep Matematika untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal. Kementerian Pendidikan Nasional.

#PMBU_UNINUS2013

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Unknown mengatakan...

alhamdulillah terimaka kasih atas ilmunya sangat bermanfaat sekali.

Kim Thaa mengatakan...

alhamdulillah sama2 ... smoga dapat memberikan manfaat

Posting Komentar