Posisi Manusia dalam kaitannya dengan kebebasan ikhtiar, do’a dan tawakal
Posisi manusia dalam kaitannya dengan kebebasan ikhtiar, do’a dan tawakal adalah pada saat manusia menginginkan sesuatu, mendapatkan sesuatu ataupun mewujudkan sesuatu hal yang sangat diinginkannya ataupun yang dicita-citakannya.
Manusia diwajibkan oleh Allah SWT untuk berikhtiar atau berusaha. Manusia diperintahkan oleh Allah untuk berikhtiar, berusaha dan berdo'a, karena dari sisi inilah Allah ingin melihat kesungguhan hamba-Nya dan ketundukan hamba-Nya kepada takdir. Ikhtiar adalah berusaha. Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, manusia harus dan wajib berusaha keras sesuai dengan kemampuannya. Disini Allah akan melihat kesungguhan manusia itu dalam usahanya untuk mencapai keinginannya.
Setelah manusia berusaha keras sesuai dengan kemampuannya (ikhtiar), manusia diwajibkan untuk berdoa, yaitu memohon kepada Allah agar segala keinginannya yang telah diusahakannya dapat terwujud. Berdo’a dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan do’a yang kita panjatkan. Do'a Rasulullah SAW yang sering digunakannya adalah: "Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan urusan pokokku, perbaikilah duniaku yang didalamnya terdapat kehidupanku, perbaikilah akheratku karena di sanalah tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan dan jadikanlah kematian itu kebebasan bagiku dari semua keburukan." (HR. Muslim)
Setelah berusaha dan berdo’a, kita sebagai hamba Allah hanya mampu bertawakal yaitu menyerahkan segala sesuatu yang telah kita usahakan kepada Allah SWT. Kita harus siap menerima hasil apapun yang akan kita dapatkan dan harus sabar dalam menerima hasil yang kita peroleh. Orang yang bertawakal kepada Allah SWT maka Allah akan menguatkan hatinya dan memberikan kecukupan kepadanya sesuai dengan firman-Nya Ta'ala: "Dan barang siapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.''(QS. at Tholaq: 3).
0 komentar:
Posting Komentar