Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Model Problem Based Learning

Pembelajaran berbasis masalah lebih dikenal dengan problem based learning (PBL). Menurut Arends (Warsono & Hariyanto, 2013),  “Problem based learning adalah model pembelajaran yang berlandaskan pada kontruksivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang kontekstual. Sejalan dengan definisi yang diberikan oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) bahwa problem based learning merupakan suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga mampu mengajak siswa untuk turut serta dalam belajar. Sebagian sumber ada yang menyatakan bahwa problem based learning sama dengan problem based introductions (PBI).

Model problem based learning dapat berkembang jika terbangun suatu situasi kelas yang efektif. North Central Regional Educational Library (Warsono & Hariyanto, 2013:149), menyatakan bahwa terdapat minimal tiga karakteristik yang harus dipenuhi agar problem based learning dapat berjalan dengan efektif yaitu: (1) atmosfir kelas harus dapat memfasilitasi suatu eksplorasi makna; (2) siswa harus diberikan kesempatan untuk mengkonfrontasikan informasi baru dengan pengalamannya selama proses pencarian makna; (3) penemuan makna baru harus didapatkan secara personal.

Menurut Gagne (Ruseffendi, 2006:335) mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah tipe belajar yang tingkatannya paling tinggi. Untuk mengerti cara pemecahan masalah, terlebih dahulu harus memahami masalah. Ini berarti bahwa untuk melaksanakan problem based learning terlebih dahulu seorang guru harus mampu memahami masalah yang akan diberikan kepada siswa.

Lebih jauh Gagne (Ruseffendi, 2006) mengemukakan bahwa terdapat lima langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah yaitu: (1) menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas; (2) menyatakan maslah dalam bentuk yang operasional; (3) menyusun hipotesis dan prosedur kerja yang diperkirakan baik untuk memecahkan masalah; (4) menguji hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasil; dan (5) memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Arends (Warsono & Hariyanto, 2013) dan Kemendikbud mengemukakan langkah-langkah model problem based learning sebagai berikut:
a.         Fase 1
Arends : Melakukan orientasi masalah kepada siswa
Kemendikbud : Mengorientasikan peserta didik kepada masalah
Pada tahap ini siswa diajak untuk memahami masalah dan menyelesaikan masalah secara individu. Masalah yang diberikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pada tahap ini siswa diberikan motifasi agar siswa mampu mengorientasikan dirinya pada pembelajaran.  
b.        Fase 2
Arends: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Kemendikbud : Mengorganisasikan peserta didik
Pada tahap ini siswa diberikan petunjuk dan pencerahan untuk menyelesaikan masalah. Namun hanya sebatas memancing pengetahuan siswa tanpa memberikan kata kunci untuk menyelesaikannya. Pada tahap ini biasanya guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab sebagai pengetahuan awal dalam menyelesaikan masalah.
c.         Fase 3      
Arends : Mendukung kelompok investigasi
Kemendikbud : Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Pada tahap ini siswa diajak untuk melakukan pembelajaran secara berkelompok. Tujuannya agar siswa mampu menyelesaikan dan mendiskusikan masalah secara berkelompok. Siswa didorong untuk melakukan eksperimen untuk menyelesaikan masalah. Siswa dianjurkan untuk mencari informasi sebanyak mungkin untuk referensi penyelesaian masalah.
d.        Fase 4
Arends: Mengembangkan, menyajikan artefak dan memamerkannya
Kemendikbud : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Pada tahap ini siswa dibimbing untuk merancang dan merencanakan penyejian hasil karya baik berupa laporan, video, kliping ataupun bentuk lainnya. Laporan ini akan dijadikan sebagai bahan untuk fase berikutnya.
e.         Fase 5      
Arends: Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah.
Kemendikbud : Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Pada tahap ini siswa diperilahkan untuk melakukan presentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Siswa dipersilahkan untuk melakukan tanya jawab, memberikan saran dan kritik serta menyatakan pendapatnya terhadap hasil presentasi temannya.

Sejalan dengan Arends dan kemendikbud, Aqib (2014) mengemukakan langkah-langkah model problem based introduction dilihat dari sudut pandang guru sebagai berikut: (1) guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (2) guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah; (3) guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi; (4) guru membantu siswa dalam merencanakan menyaipakan karya yang sesuai dengan laporan; dan (5) guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi.

Sumber:
Aqib, Z. (2014). Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.
Warsono & Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar