Tuhan menciptakan
segala sesuatu dengan hitungan misalnya: peredaran bintang,
keseimbangan alam semesta, pembentukan manusia, atom, kuantum mekanik, dan
bahkan ayat-ayat dalam al-Qur'an sendiri. Mereka terstruktur dengan hitungan
yang sistematis dan teliti.
AI-Qur'an
dalam bahasa Arab berarti pembacaan. Bagi orang awam, kandungan al-Qur’an sulit dimengerti, karena al-Qur’an berbicara
langsung mengenai pendidikan sebagaimana sering dikemukakan oleh para penulis modern mengenai membaca, mengajar, memahami dan menulis (al-'Alaq 96 : 1-5).
Al-Qur'an
menggambarkan dirinya sendiri sebagai sebuah kitab yang "diturunkan"
Tuhan kepada Nabi, ini berarti bahwa konsep dan isi al-Qur'an benar-benar
diturunkan dari langit. Al-Qur’an dalam penggambarannya
sangat unik. Nabi kadang-kadang dikritik dan ditegur dalam beberapa peristiwa.
Al-Qur'an juga selalu menyisipkan ayat-ayat tertentu. Muslim modern mengatakan ada sekitar 900 ayat yang memuat tanda-tanda ini,
dari total 6.236 ayat. Hanya 100 ayat yang berbicara peribadatan dan puluhan ayat yang membahas masalah pribadi, hukum perdata, hukum pidana, peradilan dan kesaksian. Jumlah surat dalam al-Qur'an ada 114, nama-nama tiap surat, batas-batas
tiap surat dan susunan ayat-ayatnya merupakan ketentuan yang ditetapkan dan
diajarkan oleh Nabi.
Sejarah Ringkas Pemeliharaan Al-Qur'an
Pada awal peradaban Islam, bangsa Arab adalah bangsa yang buta huruf. Setiap kali turun ayat, Nabi menginstruksikan para sahabat untuk menghafal
dan menuliskannya di atas batu, kulit binatang dan pelepah
korma. Hanya ayat-ayat al-Qur'an yang boleh ditulis. Hadis dan ajaran-ajaran
Nabi yang didengar oleh para sahabat, di larang untuk dituliskan.
Pada masa
Abu Bakar banyak terjadi peperangan melawan orang-orang murtad dan nabi palsu.
Di antara yang gugur dalam peperangan banyak penghafal ayat-ayat al-Qur'an.
Umar bin Khaththab mengusulkan untuk mengumpulkan para penghafal al-Qur'an,
membacakan al-Qur’an, menjadikan satu, meneliti dan menulis ulang. Kumpulan itu
ditulis oleh Zaid bin Tsabit. Pada masa Utsman bin Affan, tentara Muslim telah sampai ke Armenia,
Azerbajan di sebelah Timur dan Tripoli di sebelah barat. Kaum Muslim terpencar
di seluruh pelosok negeri. Naskah beredar di mana-mana, tetapi urutan surat dan cara membacanya beragam. Utsman membentuk panitia untuk membukukan ayat-ayat al-Qur'an dengan merujuk
pada dialek suku Quraisy. Buku tersebut diberi nama al-Mushaf,
ditulis lima kopi dan dikirimkan ke-empat tempat: Mekkah,
Syria, Bashrah, dan Kufah. Satu kopi disimpan di Medinah sebagai arsip dan
disebut Mushaf al-Imam.
Walaupun
telah disatukan, namun cukup banyak al-Qur'an di Afrika dengan dialek berbeda,
termasuk jumlah ayat yang berbeda karena perbedaan membaca
dalam pergantian nafas (6.666 ayat) tetapi isinya tetap sama. Aliran kelompok kecil, pimpinan Dr. Rashad Khalifa, ahli biokimia dan
matematika, mempromosikan jumlah ayat 6.234, berbeda 2 ayat dengan naskah
Ustman, 6.236 ayat. Sedangkan mayoritas Muslim, baik Sunni maupun Syi’ah tetap berpegang teguh pada naskah
awal yang dikumpulkan semasa Khalifah Ustman.
Mushaf Utsmani Disimpan di Mana?
Menurut The Institute of Islamic Information and
Education of America, mushaf Utsman disimpan di
Museum Tashkent di Uzbekistan, Asia Tengah. Sedangkan hasil copy fax terdapat di Perpustakaan Universitas Columbia di Amerika Serikat. Duplikat copy yang dikirimkanke Syria pada masa Utsman juga masih
ada di Topkapi Museum Istambul, duplikat ini dibuat sebelum terjadi kebakaran
pada tahun 1892 yang menghancurkan mesjid Jami, tempat mushaf tersebut berada. Naskah yang lebih tua ditemukan di Dar al-Kutub,
Kesultanan Mesir. Terdapat naskah yang disimpan
di Perpustakaan Kongres (Washington), Chester Beatty Museum di Dublin (Irlandia) dan Museum di London isinya tidak berbeda dengan apa yang terdapat di Mesir, Uzbekistan dan
Syria. Sebelumnya juga terdapat 42.000 koleksi naskah kuno disimpan Institute
for Koranforshung, University of Munich di Jerman. Ketika Perang Dunia II, koleksi ini hancur karena dibom. Sejauh ini, isi al-Qur'an, sejak zaman Nabi hingga sekarang tetap sama.
Sebagian besar kaum Muslim sangat yakin bahwa al-Qur'an adalah asli dari
Tuhan, karena al-Qur'an sendiri yang mengatakan demikian; misalnya Surat
an-Nisa' (4:82); al-An'am (6:19); (6:92); an-Naml (27:6); al-Jatsiyah (45:2). Bagi orang luar terdapat lima kemungkinan yang mengarang al-Qur'an, yaitu Nabi Muhammad saw, pujangga ilmuwan Arab dan kumpulan cerita dari berbagai sumber, jiplakan kitab suci Injil dan Taurat, makhluk asing, dan dari Tuhan.
Al-Qur' an
berpandangan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Al-Qur’an mengatakan bahwa percaya atau tidaknya seseorang terhadap isi al-Qur'an,
semata-mata karena hidayah Allah. Mereka berpandangan seperti:
1.
Muhammad saw terkenal
karena kujujurannya, dapat dipercaya.
2.
Ada puluhan surat dan ayat
yang dimulai dengan huruf-huruf Arab, yang pada awalnya tidak diketahui
maknanya. Huruf sisipan atau fawatih.
3.
Nama Muhammad hanya empat
kali disebut dalam al-Qur an. Nama Adam as dan
Isa as jauh lebih banyak disebut. Mereka disebut oleh al-Qur'an masing-masing
25 kali. Bahkan nama Musa as paling banyak disebut.
4.
Cerita atau ungkapan
sejarah serupa dengan cerita dalam kitab suci lainnya, namun sangat berbeda
dalam detail dan maknanya.
5.
Seruan al-Qur'an bukan saja
ditujukan kepada manusia, tetapi juga jin.
6.
Rincian tentang malaikat,
jin, penciptaan alam semesta dan bumi, fenomena ilmiah, di mana pengetahuan
manusia belum atau baru saja mengetahui.
7.
Struktur kodetifikasi yang
ditemukan dalam al-Qur'an, di mana ia mengatakan untuk menambah keimanan bagi
orang yang beriman dan membuat tidak ragu bagi pembaca Kitab ini (al-Muddatstsir 74: 30).
Beberapa
faktor eksternal tersebut menyebabkan sebagian kaum Muslim makin percaya bahwa
al-Qur'an kecil sekali kemungkinannya dibuat oleh makhluk biasa, baik manusia
maupun jin. Mushaf Utsmani adalah
satu-satunya kitab, yang terdapat enkripsi dan
kodetifikasi bilangan prima ditemukan secara terstruktur, komprehensif, mulai
dari yang paling sederhana hingga yang rumit.
Al-Qur'an: Antisipasi ke Depan
AI-Qur'an
selalu merujuk kepada alam semesta, di mana sains saat ini
baru menghasilkan satu hipotesis dan model tentang multiple universes. Seruan
al-Qur'an tentang kebenaran sangat universaldialamatkan kepada seluruh manusia
dan golongan jin. Barangkali Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab
suci yang seruannya ditujukan kepada manusia dan makhluk alam gaib (jin) termasuk iblis.
AI-Qur'an adalah Kebijakan Abadi
Setiap ayat,
bahkan jumlah ayat atau kata, dan nama surat merupakan kebijakan abadi. Pengertiannya beraneka ragam, sesuai dengan tingkat ilmu pengetahuan pembacanya. Misalnya, fenomena menarik surat an-Nur ayat 35.
Mufasir
modern, (Malik Ben Nabi) menjelaskan bahwa misykat
adalah lampu bohlam, pohon
yang dimaksud adalah kawat wolfram yang berpijar karena efek listrik tanpa
disentuh api, dibungkus gelas kaca, untuk memantulkan seluruh sinarnya ke
segala arah sehingga dapat menerangi seluruh ruangan.
Tetapi,
dalam studi yang lebih mendalam tentang cahaya di langit oleh para
astrofisikawan (Mohamed Asadi dalam bukunya The Grand Unifying
Theory of Everything) perumpamaan ayat tersebut lebih mendekati kepada fenomena quasar dan gravitasi efek lensa yang
menghasilkan cahaya di atas cahaya. Quasar atau Quasi Stellar
adalah objek di langit yang ditemukan pertama kalinya pada tahun 1963. Mereka
mewakili objek yang paling terang di alam semesta, terletak miliaran tahun
cahaya dari bumi, mempunyai energi yang
besarnya sangat luar biasa yang berasal dari "pusat
lubang hitam yang sangat masif". Karakter pertama dari ayat ini yaitu
misykat adalah "lubang hitam", sedangkan karakter kedua yaitu
"pelita dalam kaca" adalah galaksi yang
menghasilkan efek gravitasi lensa seperti quasar (pelita) yangterbungkus oleh
kaca (gelas). Karakter lainnya yang disebut "pohon" oleh al-Qur'an
adalah sebutan yang tidak lazim oleh para astronom yang menggambarkan galaksi
sebagai "pohon-pohon" yang terdiri dari bintang-bintang.
Karakter lain yang menarik
dari ayat di atas adalah pernyataan "diterangi tanpa tersentuh oleh
api", suatu fenomena fusi nuklir yang menghasilkan cahaya sangat terang,
di ruang angkasa nyaris tidak ada oksigen untuk pembakaran. Bintang-bintang
memulai hidupnya dengan unsur kimia yang paling ringan, yakni hidrogen. Gas
berkontraksi, karena gravitasi, memanas; atom hidrogen bertumbukan dan
membentuk helium, unsur yang lebih berat, ketika mengeluarkan energinya. Energi
inilah yang membuat objek "bintang- bintang" bersinar tanpa
"disentuh api', energi ini juga yang memelihara keseimbangan posisi
bintang-bintang di alam semesta. Sepanjang pengetahuan manusia yang ada
sekarang, fenomena quasar inilah yang paling tepat untuk menggambarkan ayat di
atas.
Antisipasi ke Depan atau Catatan Sebelumnya
AI-Qur'an
dalam pengajarannya bukan saja dengan kalimat tetapi juga dengan hitungan yang membahas berbagai hal. Bila al-Qur'an seolah-olah mengantisipasi ke masa depan, semata-mata karena perspektif manusia. Dalam pandangan al-Qur'an,
semua kejadian di bumi, sesungguhnya telah tercatat dengan baik didalam Kitab
Utama, Pusat Arsip, atau Lauh Mahfuzh, sebelum kejadian tersebut berlangsung.
Umur Alam Semesta
Umur elemen kimia dapat
diperkirakan berdasarkan uji radio aktif terhadap atom. Umumnya dapat ditentukan dengan menggunakan uji contoh batuan, yaitu dengan
mengukur perubahan elemen berat seperti Rubidium Rb-87. Bila uji Rubidium
diterapkan atas batuan tertua di bumi akan didapatkan berumur 3,8 miliar
tahun. Jika diterapkan atas batuan tertua dari meteor akan didapatkan angka
4,56 miliar tahun. Kesimpulan ini membuktikan bahwa tata surya berumur sekitar 4,6 miliar
tahun, dengan tingkat kesalahan 100 juta tahun.
Dalam
al-Qur'an ada dua ayat yang mengindikasikan perhitungan alam semesta selain
makna relativitas waktu, yaitu Surat as-Sajdah (32:5) dan al-Ma'arij (70:4). Al-Qur'an tidak mengatakan
50.000 tahun waktu bumi karena waktu ini adalah
waktu relatif suatu tempat di langit, satu hari sama dengan 1000 tahun waktu
bumi. Hari relatif merupakan umur alam semesta (sistem tata surya).
Jika dikonversikan
waktu relatif alam semesta: 50.000x365,2422= 18.262.110. Satu hari relatif di alam semesta, di tempat malaikat melaporkan urusannya,
sama dengan 1000 tahun di bumi:18.262.110 x 1000 = 18.262.211.000 tahun atau
18,26 miliar tahun. Sehingga umur alam semesta relatif
adalah 18,26 miliar tahun. NASA memperkirakan umur
alam semesta 12-18 miliar tahun berdasarkan pengukuran kecepatan alam semesta ekspansi setelah "Dentuman Besar". Dr. Marshall Joy dan Dr. John Carlstrom dari Universitas Chicago (tim
NASA) mengatasi masalah pengukuran kecepatan ekspansi
alam semesta dengan teknik radio interferometer untuk menyelidiki dan mengukur
fluktuasi Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR). Sedangkan tim
NASA lainnya memperkirakan umur alam semesta antara 8-12 miliar tahun
berdasarkan pengukuran jarak galaksi "M100" dengan teleskop ruang
angkasa Hubble. Galaksi tersebut diperkirakan berjarak 56 juta tahun cahaya
dari bumi.
Metonic Cycle
Kata-kata
dalam al-Qur'an mempunyai makna yang bertingkat. Misalnya, kata yang berarti
bulan adalah syahr, dalam al-Qur'an disebutkan sebanyak 12 kali. Ini
sesuai dengan 12 bulan dalam 1 tahun. Sedangkan kata yang berarti hari adalah yaum,
yang disebutkan 365 kali dalam al-Qur’an. Ini
juga sesuai bahwa 1 tahun rata-rata sama dengan 365 hari. Tetapi kata yang berarti
tahun, yaitu sanah disebutkan dalam
al-Qur'an sebanyak 19 kali. Angka 19 atau 19 tahun adalah
satu periode di mana posisi relatif bumi dan bulan kembali ke posisi semula
secara berulang setelah 19 tahun kemudian. Jika sekarang tanggal 20 Maret tahun
2000, dan bulan purnama terlihat pada posisi dekat bintang Virgo, maka akan
terlihat kembali pada tanggal 20 Maret tahun 2019, 19 tahun kemudian. Hal ini
disebabkan fase Tahun Matahari dan Tahun Bulan akan bertemu
tepat pada siklus yang ke-19, (235 bulan). Kalender
Bulan tepat sama dengan siklus 19 tahun berdasarkan Kalender Matahari. (29,53
hari x 235 kira-kira sama dengan 365,24 hari x 19). Meton dari Athena pada
tahun 440 SM merupakan penemu siklus ini. Oleh karena itu, siklus ini
dikenal dengan siklus Meton (Metomoc
Cycle) dan merupakan basis perhitungan kalender di Yunani
sampai Kalender Julius Caesar diperkenalkan pada tahun 46 SM. Bagi kaum Muslim,
menggunakan Kalender Bulan karena sesuai dengan kebutuhan untuk perhitungan
bulan Ramadhan, bulan Haji, dan peristiwa-peristiwa Islam lainnya.
oleh : Arifin Muftie
0 komentar:
Posting Komentar